Di desa Beuracan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Meureudu ini terdapat sebuah masjid tua, tepatnya di sisi jalan raya. Karena berada tepat dipusat keramaian, masjid ini sangat mudah dijangkau oleh masyarakat baik dengan menggunakan kendaraan darat atau jalan kaki sekali pun.
Konon masjid tua tersebut sering disapa warga sekitar dengan nama masjid Beuracan, namun ada juga yang mengenalnya dengan julukan masjid Guci Keuramat, karena disalah satu sisi masjid ini terdapat sebuah guci peninggalan rumpong yang sarat akan sejarahnya.
Masjid Beuracan dibangun di atas tanah seluas 40 x 40 meter dengan status tanah wakaf. Pembangunan masjid Beuracan pada awalnya dipelopori oleh Tgk. Abdussalim atau lebih dikenal juga dengan sebtuan Tgk. Dipucok Krueng alias Tgk. Dipasi.
Dulunya ada 4 masjid yang dibangun oleh Tgk. Abdussalim ini, yaitu di Meureudu terdapat tiga masjid termasuk masjid Beuracan, masjid Batei dan masjid Madinah sedangkan satu lagi berada di Lampoh Saka Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie, dimana disana juga terdapat guci rumpong yang memiliki sejarah panjang.
Menurut informasi keberadaan masjid Beuracan yang dibangung oleh Tgk. Abdussalim berdiri pada tahun 1626 M, atau lebih tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada masa memerintah Kerajaan Aceh Darussalam.
Sosok Tgk. Abdussalim sendiri merupakan salah satu ulama yang berasal tanah Arab. Oleh karena itu, ia kemudian membangun masjid sebagai pusat pengajaran agama Islam kepada masyarakat di sekitarnya. Di samping itu, ia juga membuka lahan persawahan seluas 50 ha dan tanah perkebunan di lingkungan masjid seluas 6 ha, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pembangunan masjid.
Tgk. Abdussalim datang ke negeri Meureudu melalui selat Malaka bersama-sama dengan kerabatnya Tgk. Japakeh dan Malim Dagang.
Tgk. Abdussalim tinggal menetap di Pucok Krueng sehingga ia dikenal dengan nama sebutan Tgk Chik di Pocut Krueng. Tgk. Japakeh menetap di Desa Meunasah Raya dan Malim Dagang menetap di Desa Manyang Cut.
Sumber : Seputaraceh.com