Pin It
Search
Wednesday 29 November 2023
  • :
  • :

Daratan tinggi gayo sudah dihuni manusia prasejarah sejak 5000 tahun silam

Banyak tempat dan situs yang sekarang sedang diteliti dan dipelajari berdasarkan disiplin ilmu yang berbeda-beda, seperti situs lamuri yang masih menjadi misteri hingga hari ini dan beberap situs purbakala yang bila terpecahkan akan membuka wawasan akan peradaban masa lalu nenek monyang bangsa aceh.

Salah satu situs peradaban kuno yang berhasil ditemukan oleh tim peneliti dari balai arkeologi medan adalah Loyang Mandale dan Loyang Ujung Karang di Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Dari situs prasejarah Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang yang dimulai penggalian sejak tahun 2009, Tim Balai Arkeologi Medan menemukan 13 kerangka manusia prasejarah ras Mongoloid dengan budaya Austronesia. Situs manusia prasejarah itu, adalah salah satu yang tertua di Indonesia, berusia sekitar 5.000 tahun lalu.

Ketua Tim Peneliti di Takengon dari Balai Arkeologi Medan, Ketut Wiradnyana, mengatakan, Sumatera bagian utara, terutama wilayah tengah Aceh, adalah kawasan yang amat penting dalam perkembangan budaya prasejarah di Nusantara.

Bersamaan dengan penemuan kerangka manusia prasejarah, ditemukan pula sejumlah benda arkeologi  seperti tembikar, manik-manik dan peralatan berburu yang  berupa kapak batu yang terbuat dari batu kali. Kapak batu itu berbentuk persegi atau lonjong. Kapak itu dibuat tajam pada salah satu atau kedua sisinya. Kapak batu itu pun dibuat halus sehingga mudah dipegang. Bahkan, ada kapak batu yang dibuat sedemikian rupa sehingga bisa digunakan dengan pegangan sebatang kayu, serupa kapak modern sekarang. Kapak itu digunakan untuk berburu dan memotong daging buruan. Kapak batu yang mereka buat diperkirakan pengembangan kapak genggam dari masa sebelumnya, yakni masa manusia Austromelanesoid berbudaya Hoabinh yang hidup lebih dari 6.000 tahun lalu.

Berdasarkan penelitian arkeologi, penemuan-penemuan benda  disekitar situs pra sejarah Aceh Tengah dapat disimpulkan sejak 5.000 tahun lalu di Takengon, manusia Mongoloid mengenal manik-manik yang terbuat dari biji-bijian. Mereka melubangi biji-bijian. Lalu memasukkannya satu per satu dalam akar yang dijadikan seperti benang atau tali. Biji-bijian yang tertata rapi itu dibuat seukuran lengan dan leher. Benda itu dibuat serupa gelang atau kalung.

Begitu juga dengan peninggalan tembikar sebagai bukti bahwa sejak 4.000 tahun lalu di Takengon, manusia Mongoloid mengenal cara pembuatan tembikar. Mereka membuat tembikar dari lumpur atau bahan baku di sekitar tempat tinggalnya. Tembikar dibuat dengan diameter sekitar 30 sentimeter dan tinggi sekitar 60 cm. Tembikar itu tak dibuat begitu saja, tetapi diberi corak horizontal-vertikal. Umumnya, tembikar itu digunakan sebagai tempat bekal kubur.

Pembuatan tembikar ini menunjukkan manusia prasejarah di Takengon sudah memanfaatkan secara optimal lingkungan di sekitarnya. Mereka juga memahami fungsi setiap benda yang dibuatnya. Menurut ketut,  manusia prasejarah sudah membuat benda dengan ketelitian yang tergolong sangat baik di zamannya. Peradaban Autronesia dari Takengon ini tidak berhenti di zamannya. Peradaban itu terus dibawa hingga sekarang.

Facebook Comments


Segalanya penuh warna