Pin It
Search
Tuesday 19 March 2024
  • :
  • :

14 Tugu di Banda Aceh Destinasi yang wajib diketahui

Tugu adalah sebuah tiang besar dan tinggi yang terbuat dari batu, bata, dsb. Tugu peringatan biasanya dibuat untuk memperingati suatu peristiwa bersejarah. Di Banda Aceh ada belasan Tugu yang menjadi destinasi sejarah yang populer, namun banyak juga wisatawan yang belum atau pernah melewatinya tapi tidak mengetahui sejarah yang ada.
Di Banda Aceh, harusnya tour guide di spot ini terus memberi penjelasan ke wisatawan buat sedikit menghormati arti tugu ini. Emang bangunan ini jadi semacam landmark, penanda kalau wisatawan sdah sampai di Banda Aceh atau tempat daerah di tertentu. Tapi bukan itu esensi yang di cari traveler sejati. Harusnya lebih digali, apa yang sebenarnya wisatawan kunjungi.
Yah, kembali lagi sih kepekaan semua wisatawan buat lebih menggali tempat yang dikunjungi. Dan semoga banyak yang bisa menjelaskan esensi mereka datang ke tugu-tugu di Banda Aceh. Berikut Tugu-tugu yang saya rangkum dengan penjelasan sejarah singkatnya :

1. Titik Nol Banda Aceh

Tugu itu nyaris tak terlihat dari bibir jalan, seakan main bersembunyi agar tak mudah ditemukan. letak Tugu titik Nol Banda Aceh terletak di Gampong Pande.

“Disinöi asai muasai mula jadi Kuta Banda Aceh teumpat geupeudong keurajeuen  Aceh Darussalam lé Sôleuthan Johansyah bak uroe phôn puasa Ramadhan thon 601 Hijriah”
Demikian tulisan yang ditulis dalam 3 (tiga) bahasa Aceh, Indonesia dan Inggris terpatri di atas prasasti yang berada di pucuk tugu setinggi paha dewasa tersebut. Tugu bisu yang menyatakan di tempat inilah cikal bakal berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam oleh Sultan Johansyah pada 1 Ramadhan 601 Hijriah atau 22 April 1205.
2. Tugu Kereta Api
 
Tugu pada gambar di atas ini adalah sebuah lokomotif tua dan bukti sejarah adanya Lokomotif di Aceh, menurut sumber Pada tahun 1970 Kota Banda Aceh masih menggunakan kereta api sebagai salah satu sarana transportasi. Kereta api ini mencapai rute hingga Kota Medan di Sumatra Utara. Kini Lokomotif dan salah satu gerbong barang dari kereta api tersebut dibuat menjadi Monumen Kereta Api yang berada di Jl. Sultan A. Mahmudsyah (halaman swalayan Barata) Banda Aceh, dan menjadi salah satu sejarah transportasi di Aceh.
Sejarah pembangunan kereta api Aceh sangat unik, berbeda dari daerah lain. Perbedaan ini disebabkan tujuan awal pembangunan kereta api dan siapa saja yang memanfaatkannya. Kereta api Aceh mulanya dibangun sebagai sarana mengangkut peralatan militer dari pelabuhan Ulee Lheue ke Kutaraja atau Banda Aceh. Dengan kata lain kereta api dibangun untuk kepentingan perang daripada kepentingan ekonomi dan sosial. Hingga pada akhirnya juga memberikan keuntungan ekonomi dan politik yang besar.
Lokasi yang terletak di seberang Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh tidak menjadikan situs ini menjadi tempat yang ramai dikunjungi warga. Malah situs yang terletak di pelataran parkir pusat perbelanjaan Barata ini cenderung tak terlirik dan tak terurus oleh Pemerintah Kota Banda Aceh yang kantornya hanya berjarak beberapa ratus meter dari situ.
3. Tugu Simpang Lima
Apabila mendengar kata Simpang Lima biasanya pikiran kita melayang pada Kota Semarang yang terkenal dengan makanan khas lumpia, namun di Kota Banda Aceh juga mempunyai Tugu Simpang lima yang terkenal juga. Sesuai dengan namanya Tugu Bundaran Simpang Lima mempunyai lima persimpangan yaitu Jl. Pante Pirak, Jl. Angkasa, Jl. T. Nyak Arief, Jl. Panglima Polem dan Jl. Sri Ratu Safiatuddin.
Simpang Lima Kota Banda Aceh ini terletak dijantung kota dan berjarak kurang lebih 1000 meter dari Mesjid Baiturrahman yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota Banda Aceh, antara Mesjid dan Simpang Lima dihubungkan dengan jembatan yang kokoh dan diatas jembatan ini kita dapat melihat pemandangan Bukit Barisan yang begitu menawan.
4. Tugu Proklamasi
Tugu proklamasi Republik Indonesia dibangun di komplek taman sari banda aceh berada tepat di depan kantor walikota Banda Aceh atau berada langsung disebelah kiri Masjid Baiturrahman Banda Aceh. Dilokasi ini peristiwa paling bersejarah bagi masyarakat aceh terlahir dimana ditanah yang sekarang tumbuh rumput subur menghijau pernah berdiri hotel aceh tempat perisiden RI pertama Soekarno pernah menginap pada tanggal 16 Juni 1948 sekaligus bertemu dengan tokoh penguasa aceh masa lalu.
Meskipun luput dan pernah terlupakan tanpa disadari tugu proklamasi yang masih berdiri perkasa di taman sari banda aceh menyimpan kenangan sejarah masalalu yang paling berpengaruh bagi negara kesatuan republik indonesia saat ini.
5. Tugu Waktu Tsunami
 
Situs kapal tongkang besar PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) apung ini merupakan saksi bisu sejarah terjadinya tsunami yang melanda banda aceh tahun 2004 silam. Pasca Tsunami Tahun 2004 Silam akan diingatkan pada Tugu Waktu Tsunami yang merupakan detik-detik terjadinya Tsunami

6. Tugu Darussalam


Darussalam adalah kota pelajar, disini terdapat dua kampus besar Aceh yang dibangun bersebelahan nyaitu Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry. Daerah ini lebih dikenal dengan nama KOPELMA (Kota Pelajar dan Mahasiswa). Kota pelajar ini di prakarsai oleh seorang putra Aceh yang menjadi Rektor pertama IAIN Ar-Raniry sekaligus mantan Gubernur Aceh dan sekarang dikenal sebagai Bapak pendidikan Aceh, yaitu Prof. Ali Hasjmy. Diresmikan oleh presiden pertama Indonesia Presiden Soekrno dengan pembukaan selubung tugu Darussalam pada tanggal 2 September 1959 yang sekarang diperingati sebagai hari pendidikan daerah (HARDIKDA). Jika anda berkunjung kesini, anda dapat menikmati berbagai jajanan mahasiswa yang serba murah berjejeran di seputaran lapangan, banyak masyarakat terutama mahasiswa menghabiskan waktu sorenya dengan bersantai menikmati aneka jajanan dan berolahraga

7. Tugu PSSI


Tepat di putaran pangkal jalan Teuku Umar, Banda Aceh, berdiri tegak sebuah bangunan bergaya Eropa. Gedung putih berbentuk segi delapan yang dicat putih ini, dulunya merupakan komplek kantor telepon milik Belanda. Kini, bangunan yang diteduhi oleh pohon trembesi itu, dijadikan kantor Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Aceh.
Penemuan telepon oleh Antonio Meucci pada tahun 1871 -yang kemudian diklaim oleh Alexander Graham Bell sekitar tahun 1876- sangat membantu Belanda melakukan komunikasi dan konsolidasi di wilayah yang dijajah dan didudukinya. Tak terkecuali di Koetaradja -nama Banda Aceh masa itu. Koetaradja menjadi pusat pemerintahan Belanda dalam melakukan perang melawan Aceh. Seiring dengan kemajuan teknologi, Belanda yang pada awalnya menggunakan telegraf untuk komunikasi jarak jauhnya, akhirnya juga menggunakan telepon.
Kantor telepon Koetaradja ini disebut Belanda sebagai kantor cabang Kraton. Maklumlah, bangunan berlantai dua ini dibangun di bekas kawasan Kraton Kerajaan Aceh. Dari kantor ini, beberapa daerah di Aceh dapat dihubungi seperti Meulaboh, Lamno, Bireuen, Idi, Ulee Lhue, Kuala Simpang, Langsa, Lhokseumawe, Sabang, Sigli, dan Takengon. Sementara itu, Belanda juga memiliki kantor cabang di Seulimum, Lhoksukon, dan Perlak.
Bagian lembaran buku petunjuk telepon yang dikeluarkan Belanda pada April 1933. Repro Tak hanya sebagian kawasan Aceh, dari kantor telepon ini, juga ada jaringan telepon yang dapat dipakai untuk berkomunikasi ke  beberapa kota di Sumatera Utara. Dalam buku petunjuk telepon yang diterbitkan Belanda pada 20 April 1933, jangkauan telepon dari Koetaradja, disebutkan dapat mencapai Medan, Asahan, Rantau Prapat, Tanjungpura dan Berastagi. Dalam buku panduan ini juga dijelaskan tarif telepon antar kota tujuan peneleponan. Tarif dihitung berdasarkan 3 menit percakapan.
Setelah Belanda hengkang dari Aceh dan digantikan Jepang, bangunan ini tetap digunakan. Sampai menjelang tahun 1960 setelah Indonesia merdeka, bangunan ini masih dipakai sebagai Kantor Telepon Militer Kodam I/Iskandarmuda yang disebut Wiserbot (WB) Taruna. Sebelum dipakai oleh PSSI, gedung ini dipakai KONI dan juga kantor Surat Kabar Atjeh Post.

 

8. Monumen Aceh Thanks to the World


Monumen Aceh Thanks to the World terletak di Blang Padang, tepat di depan Museum Tsunami Aceh. Monumen ini menjadi simbol syukur masyarakat Aceh kepada relawan, LSM, lembaga-lembaga negara, perusahaan, sipil, militer, baik nasional maupun internasional yang telah membantu Aceh pasca-tsunami. Bangunan berwarna putih tersebut terletak di sebelah utara lapangan berbentuk seperti gelombang tsunami yang mengingatkan siapa saja yang melihatnya bahwa Aceh pernah dilanda bencana mahadahsyat gelombang tsunami.
Selain monumen, rakyat Aceh mengucapkan terima kasih mereka kepada negara-negara tersebut yang telah memberikan kontribusi untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh melalui prasasti/plakat persahabatan.Disepanjang jogging track yang mengelilingi lapangan Blang Padang sepanjang 1 Km, terdapat 53 “Plakat Thank You and Peace”. Plakat yang berbentuk kapal hampir tenggelam itu merupakan bentuk terima kasih masyarakat Aceh kepada 53 negara dan masyarakat dunia yang telah membantu Aceh pasca tsunami.
Pada plakat tersebut tertulis nama negara, bendera negara, dan rasa syukur ekspresi ‘Terimakasih dan Damai’ dalam bahasa masing-masing negara. Contohnya tugu kecil Republik Finlandia yang bertuliskan “Kiitos Rauha” yang artinya “Terima Kasih dan Damai”. Pada awalnya lapangan Blang Padang seluas 8 Hektare itu tidak seperti sekarang ini. Dulunya lapangan ini hanya di gunakan bila ada upacara-upacara bendera yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Aceh.
Namun, kini lapangan Blang Padang Banda Aceh telah berubah menjadi alun-alunnya kota Banda Aceh semenjak lapangan ini di renovasi pasca kerusakan akibat gempa dan tsunami Aceh.

 

9. Tugu Monumen Pesawat RI-01


Lapangan Blang Padang merupakan lapangan yang terletak di pusat Kota Banda Aceh dan berdekatan dengan Museum Tsunami yang kini menjadi destinasi wisata unggulan di Banda Aceh. Lalu, apa menariknya Lapangan Blang Padang?
Lapangan Blang Padang merupakan salah satu saksi bisu peristiwa tsunami dahsyat pada Desember 2004. Tapi kini, Lapangan Blang Padang dimanfaatkan warga Banda Aceh untuk beraktivitas pada pagi atau sore hari untuk berolah raga. Selain itu, di sebuah sisi lapangan berjejer puluhan warung tenda kaki lima yang menjajakan aneka makanan dan minuman. Warga Banda Aceh biasa menikmati makanan dan minuman sambil bersantai di bawah rimbunnya pepohonan di tepi lapangan sembari menyaksikan berbagai aktivitas olah raga.Sebagai destinasi wisata, Lapangan Blang Padang juga tak kalah menarik. Di sana terdapat sebuah monumen berupa pesawat Dakota DC-3 RI-001 dengan nama Seulawah yang memang sangat bersejarah. Konon, pesawat yang dibeli oleh rakyat Aceh dan diberikan kepada negara itu merupakan cikal-bakal maskapai penerbangan Indonesian Airways atau yang sekarang dikenal sebagai Garuda Indonesia. Namun, banyak pihak juga yang menolak teori ini dan mengatakan bahwa Garuda Indonesia tidak pernah sama sekali mengoperasikan pesawat Dakota DC-3 RI-1.
Tapi yang pasti, Dakota DC-3 RI-001 merupakan sebuah kontribusi rakyat Aceh kepada bangsa Indonesia. Pesawat yang dibeli pada tahun 1948 dibayar menggunakan dana sumbangan berupa 20 kg emas yang dihimpun dari rakyat Aceh. Pesawat dibeli dari seorang penerbangan Amerika Mr. JH Maupin di Hong Kong. Pesawat yang sebelumnya memiliki nomor registrasi VR-HEC itu kemudian diberi registrasi baru RI-1 saat tiba di Maguwo Padang. Selanjutnya, Presiden Soekarno memberika nama pesawat ini dengan sebutan “Seulawah” yang memiliki arti gunung emas. Nama Seulawah ini masih terus dikenang hingga sekarang.
Sebenarnya, terdapat tiga replika pesawat Dakota DC-3 RI-001. Satu pesawat berada di Anjungan Aceh TMII sejak 1957, satu di Lapangan Blang Padang Banda Aceh, sementara satu replika lagi berada di Museum Rangoon, Myanmar. Pesawat ini memang sempat menjadi bagian dari sejarah Myanmar karena ikut menjadi pesawat angkut di negara itu pada 1949. Malah, di negara yang dulunya dikenal dengan nama Burma itu RI-001 untuk pertama kalinya dikomersilkan sebagai pesawat angkut.
Selain pesawat bersejarah, masih ada lagi yang menarik di Lapangan Blang Padang. Di sana juga terdapat Monumen Tsunami untuk mengenang bencana dahsyat di akhir 2004. Tidak hanya itu, di sekeliling lapangan dihiasi miniatur kapal-kapal yang telah ditulisi ucapan terima kasih kepada negara-negara yang membantu Aceh pasca bencana tsunami 2004.
redaksi: destindonesia.com

 

10. Tugu Pena


di Kota Banda Aceh juga mempunyai Tugu Simpang lima yang terkenal juga. Sesuai dengan namanya Tugu Bundaran Simpang Lima atau Simpang Mesra. mempunyai lima persimpangan yaitu Jl. Pante Pirak, Jl. Angkasa, Jl. T. Nyak Arief, Jl. Panglima Polem dan Jl. Sri Ratu Safiatuddin.
Simpang Lima Kota Banda Aceh ini terletak dijantung kota dan berjarak kurang lebih 1000 meter dari Mesjid Baiturrahman yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota Banda Aceh, antara Mesjid dan Simpang Lima dihubungkan dengan jembatan yang kokoh dan diatas jembatan ini kita dapat melihat pemandangan Bukit Barisan yang begitu menawan.
kalau diperhatikan, tugu ini berbentuk pena dengan matanya mengarah ke langit dan dibawahnya penuh dengan efek api yang menggambarkan semangat belajar yang tinggi. Sesuai dengan tulisan pesan dibawahnya “Belajar Sambil Berjuang dan Berjuang Sambil Belajar”. Semangat sekali pesan di tugu ini sehingga dirasa cocok sebagai Welcome Gate buat para mahasiswa dan siswa yang akan ke Darussalam. Bukankah belajar juga bagian dari sebuah perjuangan? perjuangan untuk mengubah nasib diri dan bangsa dengan berbagai ilmu pengetahuan.

11. Simpang/ Tugu Jam 


Simpang Jam ini adalah salah satu Highlight Way of  Banda Aceh, di karenakan Simpang ini bisa di bilang Central simpang di Banda Aceh walaupun lebih populer Simpang 5. Nama Simpang Jam ini tidak ada yang tahu pasti siapa yang memberi nama jalan itu, Namun menurut cerita setempat sebutan nama Simpang jam ini karena adanya Tugu Jam yang agak besar dikit yang menjadi sebuah Ikon Perempatan ini. Mungkin itulah alasannya kenapa di sebut simpang Jam.

 

12. Tugu Air Kota Banda Aceh

Menara air ini terletak di tepi jalan Balai Kota, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, bersebelahan dengan Taman Sari, tak jauh dari bekas tapak Hotel Aceh di depan Mesjid Raya Baiturrahman, beberapa ratus meter dari Gunongan. Menara ini adalah peninggalan colonial Belanda. Dalam bahasa Belanda disebut Water Toren. Menurut info dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Aceh bangunan ini didirikan pada tahun 1880. Saat ini sudah tidak berfungsi. Bagian datar bangunan berbentuk bundar dan mempunyai sebuah pintu yang terbuat dari kayu dan menghadap ke arah barat. Bagian pintu ini dibuat menonjol dan berbentuk gerbang dengan bentuk limas. Atap bangunan terbuat dari seng yang berbentuk kubah, pada bagian atas atap terdapat kemuncak berbentuk segi enam. Pada bagian depan pintu kurang lebih 3m terdapat bak dari beton yang didalamnya di jumpai instalasi pipa air kurang lebih 2m dari permukaan tanah.

 

13. Tugu Hamzah Fansuri 
Pendirian tugu ini masih dalam proses usulan kepada pemerintahan Aceh, dimana akan dilakukan untuk menentukan dimana posisi tugu yang akan dibangun nantinya.
Hamzah Fansuri merupakan ulama besar asal Aceh, dan juga beliau merupakan bapak sastra se asia tenggara. Walaupun belum tahu kapan pastinya akan berdiri tugu ini, paling tidak usulan pembangunan tugu ini mendapat simpati dari masyarakat Aceh.

 

14. Tugu Bundaran Ulee Lheu

Ulee Lheue adalah sebuah gampong di kecamatan Meuraksa, Banda Aceh, Aceh. Di gampong inilah terletak Pelabuhan Ulee . Tugu yang berbentuk segiempat ini sudah berdiri tegak semenjak 4 Tahun, sekarang tugu ini telah dihancurkan. Belum ada waktu luang bagi saya untuk mencari kenapa tugu ini dibongkar, lihat gambar sebelum pembongkaran dibawah ini.

Berbagai Sumber/ Foto :
http://inbandaaceh.com/
http://zamiaceh.blogspot.com/
http://bandaacehkotamadani.wordpress.com/
http://acehplanet.com/
http://wikipedia.org./
Facebook Comments

Reviews

  • Best1
  • Like1
  • Picture1
  • 0
  • 0
  • 0.6

    Score